Bismillahirrahmanirrahim.. ” Gimana Mei ? ” Kataku ” Apanya yang gimana ? ” Kata sahabatku Mei. ” Apa harus aku menerima pinangannya demi orang tuaku ?? ” Kataku. ” Kamu udah ketemu orangnya ? ” ” Belum Mei, tapi orang tuaku menjamin dia anak yang sholeh ” “Subhanallah..keren tuh, kamu udah istikharah ? ” katanya lagi. ” Udah, tapi belum dapat petunjuk. Sedangkan orang tuaku udah ngebet ” ” Kalo orang tuamu udah bilang dia sholeh berarti yaa begitu adanya, kan yang pasti orang tuamu ingin yang terbaik untukmu Wulan ” Aku masih berpikir. Hingga hari untuk Ta’aruf pun tak terelakkan lagi. Aku hanya bisa menatapnya sepintas, sedangkan dia menatapku terus. Aku sudah tidak merasa nyaman, namun aku tetap husnudzon bahwa dia ingin memperhatikan ku lebih jauh. Akhirnya keputusan itu terukir sudah, aku telah bertunangan dengannya. Dalam waktu satu bulan.. Insyaallah..akad akan lebih indah. Itu harapanku. Suara SMS bedenting di kamarku. Aku mengeluh dalam hati, siapa malam-malam gini SMS.
Aku kan capek seharian setelah acara khitbah. ” Sayang, Udah tidur belum ? ” Hah !! ku baca sekali lagi SMS itu. Ku lihat pengirimnya. Andika. Kenapa dia menulis kata ” sayang ” seolah-olah dia sudah memilikiku. Ini enggak bener. Tapi aku tetap berpikir positif padanya. Aku jawab sekenanya saja. Hanya kata ” belum “, SMS itu terkirim dengan cepat. Denting SMS HP ku kembali berbunyi. ” Aku sudah tidak sabar sayang untuk segera bersamamu..” Ku matikan HP ku tanpa ku baca lebih lanjutan SMS darinya. Aku meneteskan air mata. Segera aku mengambil air wudhu. Ku segarkan pikiranku. Dan aku segera mengadu pada-Nya. Kembali larut dalam sujud pada Nya. ” Yaa Rabb, jika dia benar jodohku, Segera dekatkan dia dengan hidayahMu. Namun jika dia bukan jodohku, segera jauhkan dia dari ku agar jodoh yang Engkau berikan padaku segera mendekat. Karna aku menginginkan agamanya dari pada semua yang dia punya di dunia ” Aku terus meminta petunjuk Nya. Tetesan air mata ini tak pernah pudar untuk terus berharap padaNya. ” Bunda, aku tak sanggup kalo aku harus menikah dengannya ” kataku pada Bunda. ” Lho kenapa Nak, kamu baru bertunangan dengannya seminggu. Kamu belum mengenalnya ” kata Bunda. ” Maaf bunda, aku sudah cukup mengenalnya dari SMS-SMS yang dia kirimkan untukku ” Aku memperlihatkan SMS yang sering dikirimkan Andika padaku. Bunda membaca seluruh SMS dari Andika yang jumlahnya hampir mencapai 100 dengan rayuan-rayuan yang memuakkanku. ” Ini kan wajar Nak , dia cuma ingin membuatmu senang, tak ada yang aneh dengan SMS-SMS ini ” kata Bunda tanpa memalingkan wajahnya dari HP milikku. Aku terkejut dengan perkataan Bunda. Kenapa Bunda berpikiran seperti itu. Aku menatapnya lekat. ” Bunda, islam tidak pernah mengajarkan hal mengumbar nafsu seperti ini. Dia belum halal bagiku. SMS seperti ini layaknya Suami Istri, sedangkan aku masih belum di milikinya. Aku cuma ingin menjaga iffah ku sebelum aku di halalkan oleh seorang laki-laki yang kelak menjadi suamiku ” aku menghapus air mataku yang sedari tadi mengalir dengan deras. ” Bunda , aku sudah berjuang keras menjaga kehormatan dan harga diriku untuk suamiku kelak. Apakah aku salah jika aku mengharapkan orang yang bisa menjaga dirinya demi istrinya kelak ?? Maaf kan aku Bunda, aku ingin memutuskan khitbah dengannya ” Bunda memelukku. Mungkin Bunda baru menyadari sebuah kekeliruannya. Sebuah kekeliruan bahwa shaleh menurut manusia belum tentu shaleh di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karna manusia hanya memandang apa yang tampak padanya, sedangkan Allah melihat secara keseluruhan. Sidang pun segera di gelar. Sidang yang begitu mendadak dan terkesan menakutkan, karna aku ingin memnutuskan khitbah. ” Lamaran tak mungkin dibatalkan, apa kata orang nanti ” Kata Bundanya Andika. Aku baru menyadari bahwa keluarga Andika merupakan keluarga terpandang, sehingga orang tuaku tak mampu berkata apa-apa. Tapi aku harus kuat, demi tegaknya kebenaran yang aku perjuangkan. ” Maaf Tante, Lamaran bukanlah pernikahan yang sudah di ukir dalam akad yang sah. Lamaran hanyalah penanda dari langkah awal menuju sebuah pernikahan dan bahwa saya tidak boleh di lamar orang lain lagi. Maka lamaran masih bisa di batalkan karna Ulama yang mayoritas paham agama pun menghukuminya hanya dengan boleh bukan wajib ” aku mencoba tersenyum menghadapi kedua orang tua Andika dan Andika. ” Lantas kamu kenapa ingin memutuskan tali pertunanganmu denga Andika, nak Wulan ” kata Ayahnya Andika yang bersikap lebih lunak kepadaku. Aku masih tetap tersenyum menghadapi setiap pertanyaan mereka. ” Ini SMS dari Andika Om Tante, silahkan di baca keseluruhannya ” Mereka membaca SMS dari Andika. Sedangkan aku terus menjelaskan apa yang aku jelaskan kemarin pada Bundaku tentang kehormatanku yang ingin ku jaga. ” Tak bisa, aku tetap ingin menikahimu Wulan ” kata Andika tiba-tiba. Aku pun tetap tersenyum menghadapinya, aku mencoba untuk tegar. ” Maafkan aku Andika, aku menerima pinanganmu karna agama yang kamu miliki. Namun jika agamamu telah hilang dari drimu, maka hilang jua lah keinginanku untutk tetap menikah denganmu ” kataku. Tak ada lagi suara, hanya hening yang kini menyelimuti pikiran kami masing-masing. Wallahua’lam bi Shawwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar