Minggu, 24 Juli 2011

**** KISAH SEORANG ANAK PEMULUNG****

matahari Nampak elok diselimuti awan pagi, hari itu seperti biasa aku bangun pagi-pagi untuk bersiap-siap berangkat kesekolah.. pagi itu Nampak sepi, kemana bapak…???? Fikir ku.. ku langkah kan kaki ke halaman belakang tak juga ku temui sosok bapak di sana. Samar-samar ku dengar bunyi gaduh di pekarangan rumah, dengan segera ku dapati bapak disana, beliau sedang bersiap-siap untuk pergi mengais sampah-sampah (mulung).. “bapak.. apa bapak sudah makan…??? Pagi sekali bapak berangkat.. tidak seperti biasa nya” tegur ku.. bapak hanya tersenyum pada ku “sudah mandi sana, nanti kamu terlambat masuk sekolah.. makanan mu sudah bapak siap kan di meja..” jawab bapak kepada ku.. langsung saja aku bergegas untuk mandi melihat jam sudah hampir terlambat masuk ke sekolah.. ketika aku beranjak samar-samar ku dengar bapak berkata “belajar lah dengan giat nak, bapak tak mau nasib mu seperti bapak” ku lirik kembali kearah bapak, sejenak ku hela nafas dan kembali beranjak pergi.. dalam benak ku sempat juga aku berfikir untuk berhenti sekolah untuk membantu bapak, aku kasihan pada beliau.. seharus nya di usia beliau yang terbilang sudah tidak muda lagi beliau bisa menikmati masa tua tanpa menanggung beban hidup..


oiaa.. kita belum kenalan yah.. pepatah mengatakan “tak saling mengenal, maka tak saling menyayangi”.. perkenalkan, nama ku Mahmud, sa’at ini aku dan bapak hidup berdua semenjak ibu mengorban kan nyawa nya untuk melahirkan ku ke dunia ini, keseharian bapak mengumpulkan sampah-sampah untuk di jual cukup untuk menghidupi kami.. aku tak pernah malu meski sering di ejek teman teman sebaya ku.. aku mempunyai prinsip hidup “Dunia boleh saja menertawai ku, menghina ku, bahkan menghujani ku dengan rajam. Tapi jangan sekali-kali perlakuan yang sama terhadap ku terjadi pada kedua orang tua ku”.. sebab itu aku tak pernah sekali pun marah ter hadap mereka, asal mereka tidak menghina bapak ku. Singkat cerita sampailah aku di sekolahan ku, tak terlihat lagi murid-murid berkeliaran di lapangan sekolah,” wahh aku pasti terlambat lagi nih “ucap ku dalam hati. Dengan segera aku berlari memasuki kelas, Nampak bu Warsih sedang menjelaskan materi pelajaran Agama Islam. Ku ketok perlahan pintu kelas, semua mata tertuju pada ku, aku pun merasa risih dengan situasi seperti ini, bu Warsih pun mendekati ku, ku pikir beliau akan memarahi ku habis-habisan bahkan menjemur ku di lapangan.. oh tuhan.. pikiran ku kacau sa’at itu.. bu Warsih menepuk pundak ku, betapa kaget nya aku.. “duduk lah Mahmud, lain kali jangan di ulangi ya” ucap bu Warsih seraya tersenyum, Nampak nya buWarsih faham akan latar kehidupan ku.. “te..tee…terii..terimakasi​ih bu..!” jawab ku terbata-bata seraya berlalu.. ternyata apa yang ku takut kan terhadap perlakuan bu Warsih kepada ku ter lalu berlebihan.. ternyata bu Warsih sangtlah pengertian dan baik. Selang beberapa waktu, pelajaran demi pelajaran telah usai, dan kini tiba sa’at nya aku pulang ke rumah… perlahan-lahan aku berjalan menyusuri pinggiran kota.. “ohh betapa enak nya bisa hidup seperti mereka” gerutu ku dalam hati sesa’at melihat segelintir anak-anak orang kaya yang sedang makan-makan di sebuah restoran.. terik nya matahari siang itu membuat ku segera mempercepat irama langkah ku.. tak banyak waktu yang ku butuhkan, sampailah aku di rumah mungil ku.. dengan segera aku melepaskan seragam sekolah ku dan beranjak untuk shalat djuhur.. se usai nya aku dari shalat dan memanjatkan do’a-do’a alakadar nya, aku pun mencoba mencari-cari bapak di halaman belakang dan pekarangan seperti tadi pagi, tapi tak Nampak sosok bapak di sana-sini.. hmmm sejenak aku pun berfikir,” bapak sa’at ini bekerja sangat keras, tapi tak ada tanda-tanda kami menikmati hasil pekerja’an itu” seraya membereskan kardus-kardus yang akan dijual bapak hari ini.. asyik aku membereskan kardus-kardus itu sampai tak ku sadari kapan bapak pulang dan tahu-tahu nya sudah berada dibelakang ku, “sudah makan mud..?” Tanya bapak padaku, tersentak aku di kejutkan oleh suara parau bapak “oh.. belum pak..” kata ku sambil tersenyum.. “sudah letak kan saja dulu pekerja’an mu kita makan dulu, bapak ada sedikit rezki tadi, ayo..” ajak bapak pada ku, “oh.. iya pak” jawab ku singkat sambil meninggalkan pekerja’an ku.. di meja makan ku dapati nasi dan tempe goreng, dalam batin ku pun menggerutu apakah ini hasil yang di dapat dari kerja keras bapak selama ini, “ayo dimakan mud” suruh bapak pada ku.. “iya pak” jawab ku…se usai nya makan, ku dekati bapak yang sedang sibuk membereskan sampah-sampah hari ini, “pak, bisa bicara sebentar..??” Tanya ku pelan.. “bicara lah nak” jawab bapak ku tanpa memaling kan wajah nya.. “pak.. lusa kita merayakan idul adha kan pak.. apa bapak ada sedikit uang untuk ku membeli sedikit pakaian baru pak..??” Tanya ku ragu pada bapak.. sejenak pekerja’an bapak terhenti, beliau menarik nafas dalam-dalam.. “nak,ma’afkan bapak, bapak tidak bisa membahagiakan mu..” jawab bapak singkat, seraya meneruskan pekerja’an nya… jujur saja, dalan hati ku se akan tidak terima dengan jawaban bapak, dan dengan segera aku beranjak pergi dari hadapan bapak tanpa meninggal kan sepatah kata,

tiba juga sa’at nya hari suka cita bagi umat muslim se dunia, hari itu aku shalat id’ dengan khusyuk, dan sesudah shalat aku pun langsung melihat prosesi penyembelihan hewan kurban di dekat masjid, aku pun teringat bahwa aku tidak bertegur sapa dengan bapak sejak sa’at itu.. hari ini aku berniat ingin minta ma’af pada bapak, aku tahu aku salah ucap ku dalam hati.. suara sirine ambulance memecah suka cita hari itu, aku kaget ada apa gerangan, tapi batin ku ber ujar “akhh mungkin hanya orang tertabrak di jalanan karena kebut-kebutam dan kurang hati-hati..” kembali aku mengarahkan mata ku ke prosesi penyembelihan..
selang beberapa waktu, aku pun mulai bosan dan berniat untuk beranjak pulang dan sungkem sama bapak.. perasa’an ku mulai tidak enak di sepanjang perjalanan pulang.. sesampai nya di pekarangan rumah ku perasa’an itu semakin kuat melihat gerobak bapak hancur tak berbentuk.. dengan segera aku masuk ke rumah dan disana sudah ku temui segelintir warga dengan di temani lantunan surah Yassin kepada sosok seseorang di dalam kain yang ditutupkan pada tubuh nya.. batin ku mulai goyah.. perlahan ku terobos segelintir warga dan mendekat untuk memastikan siapa gerangan yang ada di balik kain tutupan itu.. ketika ku buka kain penutup itu betapa hancur nya hati ku melihat sosok bapak terbaring pucat, air mata ku pun berhamburan, aku histeris mengalami kenyata’an yang pahit ini.. warga pun mencoba menenangkan ku.. tak ada henti nya aku berteriak untuk meminta ma’af pada bapak.. sampai ketika jenazah bapak di kuburkan, aku tetap berada dalam goncangan batin penyesalan ku.. ku peluk erat kubur bapak, ku cium nisan kuburan bapak, ku sirami kubur bapak dengan air mata penyesalan…
salah seorang warga mencoba memapah ku untuk pulang.. semangat hidup ku se akan hilang, dan rasa nya ingin ku susul ayah dan ibu ku.. di perjalan pulang tak henti-henti nya aku menangis.. sesampai nya aku di depan rumah mungil ku, mata ku seakan menangkap kenangan-kenangan ayah di setiap sudut.. air mata ku kembali membasahi pipi ku.. sejenak mata ku melirik gerobak ayah yang hancur berantakan.. ku coba menyapu air mata di pipi ku.. dan ku coba untuk tegar… perlahan ku dekati gerobak sampah bapak.. Nampak perjuangan berat bapak terlukis dalam gerobak itu.. ku rapikan serpihan gerobak bapak, tapi mata ku tertuju pada suatu benda di dalam serpihan gerobak bapak.. itu kantong plastic apa isi nya fikir ku penuh tanda Tanya… ku coba meraih nya, dan ku buka perlahan kantong plastic itu.. “bapakkkk”… batin ku berteriak ketika ku temukan selembar kain berbentuk baju berwarna biru sesuai warna yang paling aku suka di dalam nya..” air mata ku kembali mengucur.. bapak membelikan ku baju… batin ku seakan terkoyak menerima baju baru itu.. aku jatuh di tanah pada sa’at itu juga.. “ya Allah.. berdosa lah hamba mu ini.. hamba menysal ya Allah….” Adu ku kepada sang Khalik..
ku coba untuk bangkit.. air mata ku pun terasa mulai mengering di hari suka cita itu.. ku langkah kan kaki untuk masuk kedalam rumah.. ku peluk erat baju pemberian bapak.. sejenak aku terduduk tanpa ada semangat… hari itu pun menjadi hari yang sangat berat bagi ku…
rembulan pun berganti mentari pagi, hari yang berat sudah ku lalui, namun luka yang mendalam masih menyisa di dalam jiwa ku.. sejenak ku masuki kamar bapak.. ku tatap seluruh penjuru kamar bapak.. mata ku kembali berkaca-kaca.. ku raih barang-barang bapak.. aku ingin menyimpan barang-barang peninggalan bapak, dengan berlinang air mata dan balutan pilu, ku rapikan pakaian-pakaian ayah.. aku mendapati sebuah kotak besar di balik pakaian ayah.. aku penasaran dan dengan segera ku buka meski kesulitan.. betapa terkejut nya aku ketika ku buka ku dapati uang yang sangat banyak di dalam nya.. “ya Allah… apa ini.. uang siapa ini.. apa bapak mencuri nya” fikir ku kacau.. tapi mungkin secarik kertas ini dapat menjelaskan nya fikir ku seraya membuka kertas yang ku temukan di dalam kotak itu dan ku dapati pesan di dalam nya

“NAK.. KELAK JIKA KAU TEMUKAN KOTAK INI, SEMPATKAN LAH KAU BACA PESAN BAPAK MU INI.. BAPAK MENGERTI BAGAIMANA PERASA’AN MU MENJADI ANAK SEORANG PEMULUNG SEPERTI BAPAK.. BAPAK MENGERTI DI SA’AT TEMAN-TEMAN MU MEMAKAI BARANG MEWAH, KAU PUN JUGA MENGINGINKAN NYA.. BAPAK MENGERTI DI SA’AT KAU MELIHAT TEMAN-TEMAN MU MAKAN MEWAH, KAU JUGA MENGINGINKAN NYA.. DAN BAPAK MENGERTI LUKA DIWAJAH MU DI SA’AT KAU TIDUR MAHMUD.. KAU SANGAT MENDERITA HIDUP BERSAMA BAPAK… BAPAK TAK MAMPU TIDUR DI SA’AT BAPAK MELIHAT MU MAHMUD..BAPAK SEAKAN TAK PUNYA KEBERANIAN UNTUK MENCIUM KENING MU DI SA’AT KAU TIDUR.. MELIHAT WAJAH MU YANG BEGITU MENGHAKIMI BAPAK.. BAPAK MERASA SANGAT MALU TELAH MENJADI BENALU DALAM HIDUP MU MAHMUD.. BAPAK MU MENGERTI BAGAIMANA PERASA’AN MU KETIKA TEMAN-TEMAN MU MENGHINA MU.. KAU TERHINA KARENA BAPAK MAHMUD.. MA’AFKAN BAPAK MAHMUD.. BAPAK TIDAK BISA MEMBUAT HIDUP MU BAHAGIA.. INI HASIL UANG BAPAK YANG BAPAK KUMPULKAN UNTUK MU.. MUNGKIN KAU BERPIKIR KERJA KERAS BAPAK TIDAK ADA HASIL NYA.. MA’AF SELAMA INI BAPAK HANYA MEMBERIMU MAKAN SE ADA NYA.. BAPAK TAK INGIN MENYENTUH UANG YANG KELAK AKAN BAPAK BERIKAN KEPADA MU INI..MA’AF BAPAK TERPAKSA MENGAMBIL SEDIKIT UANG INI UNTUK MEMBELIKAN MU PAKAIAN.. PERGUNAKAN UANG INI UNTUK MASA DEPAN MU, DAN PENDIDIKAN YANG LAYAK MAHMUD..BAPAK SELALU MENCINTAI MU..”

Ya Allah…….!!!!!!!!!!!!!!!!!!​!!!!!! Air mata ku kembali mengucur deras setelah membaca sepenggal surat bapak… bapakkkk… Mahmud bangga jadi anak bapakk… bisik ku lirih..


CERITA MOTIVASI
Ditulis oleh: Dwi Ria Ade Saputra.
Tanggal editing artikel: 05/07/2011

SEMOGA KITA DAPAT “BELAJAR MENCINTAI ALLAH, SEBELUM AKU BELAJAR MENCINTAI KEKASIH KU” DAPAT MENGAMBIL INTISARI KEHIDUPAN YANG TERDAPAT DI DALAM ARIKEL SAYA.. MOHON MA’AF JIKA ADA KESALAHAN BAIK DALAM PENULISAN YANG KURANG BAGUS.. SEMOGA SENANTIASA ALLAH SWT MELIMPAHKAN HIDAYAH NYA KEPADA KITA SEMUA.. AMIINN..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar